Saturday 28 May 2016

MAKALAH TEKNIK PEMBELAJARAN BERBICARA



MAKALAH PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
“TEKNIK PEMBELAJARAN BERBICARA”
Disusun guna memenuhi tugas matakuliah Pembelajaran Bahasa Indoseia
Dosen Pengampu: Ana Fitrotunnisa, M.Pd.I


Description: Description: LOGO UIN BARU


Disusun Oleh:
Muhamat Iksan                                   (14480127)
Sri Fatonah                                          (14480037)
Kiki Iyama                                          (14480143)
Eka Zuliana Safitri                              ( 14480145)
Nona Isnawati                                     ( 14480147)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN






















BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial, tindakannya yang pertama dan paling penting dalam tindakan sosial adalah berkomunikasi. Bahasa merupakan sarana  untuk berkomunikasi antarmanusia. Bahasa sebagai alat komunikasi ini, dalam rangka memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesama manusia. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia dituntut untuk mempunyai kemampuan berbahasa yang baik. Seseorang yang mempunyai kemampuan berbahasa yang memadai akan lebih mudah menyerap dan menyampaikan informasi baik secara lisan maupun tulisan.
Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Siswa harus menguasai keempat aspek tersebut agar terampil berbahasa. Dengan demikian, pembelajaran keterampilan berbahasa di sekolah tidak hanya menekankan pada teori saja, tetapi siswa dituntut untuk mampu menggunakan bahasa sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi.Salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa adalah berbicara, sebab keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya[1]
Akan tetapi, masalah yang terjadi di lapangan adalah tidak semua siswa mempunyai kemampuan berbicara yang baik. Oleh sebab itu, pembinaan keterampilan berbicara harus dilakukan sedini mungkin. Pentingnya keterampilan berbicara atau bercerita dalam komunikasi yaitu apabila seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial maupun profesional. Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial antarindividu. Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh sewaktu  menggunakan bahasa untuk membuat  pertanyaan-pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan tersebut memudahkan siswa berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain[2]. Pentingnya penguasaan keterampilan berbicara untuk siswa Sekolah Dasar juga dinyatakan oleh Farris bahwa pembelajaran keterampilan berbicara penting dikuasai siswa agar mampu mengembangkan kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan berpikir mereka akan terlatih ketika mereka mengorganisasikan, mengonsepkan, mengklarifikasikan, dan menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan.[3]
Keterampilan berbicara harus dikuasai oleh para siswa  Sekolah Dasar karena keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa di Sekolah Dasar. Keberhasilan  belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan berbicara mereka. Siswa yang tidak mampu  berbicara dengan baik dan benar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
a.       Apa pengertian, tujuan, dan prinsip umum dalam berbicara ?
b.      Apa saja yang harus diperhatikan dalam berbicara?
c.       Bagaimana teknik dalam berwawancara yang baik?
d.      Bagaimana teknik dalam menyimpulkan pembicaraan yang baik?
e.       Bagaimana teknik parafrase lisan yang baik?
f.       Bagaimana teknik dalam bercerita yang baik?
g.       Bagaimana tenik retorika dan orasi ilmiah yang baik?




BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian dan Tujuan Berbicara
1)      Pengertian Berbicara
Linguis berkata bahwa “speaking is language”. Berbicara adalahsuatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara sudah barang tentu berhubungan erat dengan perkembangan kosakata yang diperoleh oleh sang anak melalui kegiatan menyimak dan membaca. Kebelum-matangan dalam perkembangan bahasa juga merupakan suatu keterlambatan dalam kegiatan-kegiatan berbahasa. Perlu kita sadari juga bahwa keterampilan-keterampilan yang dioerlukan bagi kegiatan berbicara yang efektif banyak persamaannya dengan yang dibutuhkan bagi komunikasi efektif dalam keterampilan-keterampilan berbahasa yang lainnya itu.[4]
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Lebi jauh lagi, berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial.[5]
Dengan demikian, maka, berbicara itu lebih daripada hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun  serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak, baik bahan pembicaraannya maupun para penyimaknya; apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkomunikasikan gagasan-gagasannya; dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak.[6]
2)      Tujuan Berbicara
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikirn secara efektif, seyogyanyalah sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap (para) pendengarnya dan harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.
3)      Prinsip Umum Berbicara
Prinsip umum yang mendasari kegiatan berbicara , antara lain :
a.       Membutuhkan paling sedikit dua orang.
Tentu saja pembicaraan  dapat dilakukan oleh satu orang dan hal ini sering terjadi, misalnya oleh orang yang sedang mempelajari bunyi-bunyi bahasa beserta maknanya, atau oleh seseorang yang meninjau kembali pernyataan bank-nya atau oleh orang yang memukul ibu jarinya dengan palu.
b.      Mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama.
Bahkan andaikatapun dipergunakan dua bahasa, namun saling pengertian, pemahaman bersama itu tidak kurang pentingnya.
c.       Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum.
Daerah referensi yang umum mungkin tidak terlalu mudah dikenal/ditentukan, namun pembicaraan menerima kecenderungan untuk menemukan satu diantaranya.
d.      Merupakan suatu pertukaran antara partisipan
Kedua pihak partisipan yang memberi dan menerima dalam pembicaraan saling bertukar sebagai pembicara dan penyimak.
e.       Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera.
Perilaku lisan sang pembicara selalu berhubungan dengan responsi yang nyata atau yang diharapkan, dari sang penyimak, dan sebaliknya. Jadi hubungan itu bersifat timbal balik atau dua arah.
f.       Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini.
Hanya dengan bantuan berkas grafik-material, bahasa dapat luput dari kekinian dan kesegeraan; bahwa pita atau berkas itu telah mungkin berbuat demikian, tentu saja merupakan salah satu kenyataan keunggulan budaya manusia.[7]
g.       Melibatkan aparat vokal dan auditory
Hanya melibatkan aparat atau perlengkapan  yang berhubungan dengan suara/bunyi bahasa dan pendengaran (vocal and auditory apparatus). Walaupun kegiatan-kegiatan dalam pita audio-lingual dapat melepaskan gerak-visual dan grafik-material, namun sebaliknya tidak akan terjadi; terkecuali bagi pantomim atau gambar, takkan ada pada gerakan dan grafik itu  yang tidak berdasar dari  dan bergantung pada audio-lingual dapat berbicara terus-menerus dengan orang-orang yang tidak kita lihat , di rumah, di tempat bekerja, dan dengan telefon; percakapan-percakapan seperti ini merupakan pembicaraan yang khas dalam bentuknya yang paling asli.
h.      Menghadapi/memisahkan yang nyata (real) dari yang didalilkan (postulated)
Secara tidak pandang bulu menghadapi serta memperlakukan apa yang nyata dan apa yang diterima sebagai dalil. Keseluruhan lingkungan yang dapat dilambangkan oleh pembicaraan mencakup bukan hanya dunia nyata yang mengelilingi para pembicara tetapi juga secara tidak terbatas dunia gagasan yang lebih luas yang harus mereka masuki karena mereka dan manusia berbicara sebagai titik pertemuan kedua wilayah ini tetap memerlukan penelaahan serta uraian yang lebih lanjut dan mendalam.[8]

B.     Keefektifan Berbicara
1)      Ketepatan pengucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perahatian pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan artikulasi yang digunakan tidak selalu sama. Setiap orang mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang dipakai berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaraan, perasaan, dan sasaran. Akan tetapi kalau perbedaan atau perubahan itu terlalu mencolok, dan menyimpang, maka keefektifan komunikasi akan terganggu.
Setiap penutur tentu sangat dipengaruhi oleh bahasa ibunya. Misal­nya, pengucapan kan untuk akhiran -kan yang kurang tepat, memasukkan. Memang kita belum memiliki lafal baku, namun sebaiknya ucapan kita jangan terlalu diwarnai oleh bahasa daerah, sehingga dapat mengalihkan perhatian pendengar. Demikian juga halnya dengan pengucapan tiap suku kata. Tidak jarang kita dengar orang mengucapkan kata-kata yang tidak jelas suku katanya.
Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang tidak tepat atau cacat akan menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, atau kurang menarik sehingga dapat mengalihkan perhatian pendengar, mengganggu komunikasi, atau pemakainya dianggap aneh.
2)      Ketepatan Intonasi
Kesesuaian intonasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara dan merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan intonasi yang sesuai dengan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya jika penyampaiannya datar saja, hampir dapat dipastikan menim­bulkan kejemuan dan keefektifan berbicara berkurang.
Demikian juga halnya dalam pemberian intonasi pada kata atau suku kata. Tekanan suara yang biasanya jatuh pada suku kata terakhir atau suku kata kedua dari belakang, kemudian ditempatkan pada suku kata pertama. Misalnya kata peyanggah, pemberani, kesempatan, diberi tekanan pada pe-, pem-, ke-, tentu kedengarannya janggal. 
3)      Pilihan Kata (Diksi)
Pilihan kata (diksi) hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih terangsang dan lebih paham, kalau kata-kata yang digunakan sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya, kata-kata populer tentu akan lebih efektif daripada kata-kata yang muluk-muluk dan kata-kata yang berasal dari bahasa asing. Kata-kata yang belum dikenal memang membangkitkan rasa ingin tahu, namun menghambat kelancaran komu­nikasi. Pilihan kata itu tentu harus disesuaikan dengan pokok pembicaraan dan dengan siapa kita berbicara (pendengar).
4)      Kelancaran
Seorang pembicara yang lancar berbicara memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannya. Seringkali kita dengar pembicara berbicara terputus-putus, bahkan antara bagian-bagian yang terputus itu diselipkan bunyi-bunyi tertentu yang sangat mengganggu penangkapan pendengar, misalnya menyelipkan bunyi ee, oo, aa, dan seba­gainya. Sebaliknya, pembicara yang terlalu cepat berbicara juga menyulitkan pendengar menangkap pokok pembicarannya.[9]

C.     Teknik dalam Berwawancara
1)      Pengertian Wawancara
Definisi wawancara menurut Moleong (2009, halaman 186), wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Menurut Benney & Hughes (dalam Denzin, 2009, halaman 501), wawancara adalah seni bersosialisasi, pertemuan “dua manusia yang saling berinteraksi dalam jangka waktu tertentu berdasarkan kesetaraan status, terlepas apakah hal tersebut benar-benar kejadian nyata atau tidak”. Dengan demikian, wawancara dapat menjadi alat/perangkat dan juga dapat sekaligus menjadi objek Menurut Sanapiah Faisal (1982, halaman 213), wawancara merupakan angket lisan maksudnya responden atau interview mengemukakan informasinya secara lisan dalam hubungan tatap muka, jadi responden tidak perlu menuliskan jawabannya secara tertulis.
2)      Langkah-Langkah Wawancara
Menurut Creswell bahwa wawancara merupakan proses yang mengikuti prosedur dengan serangkaian langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Mengidentifikasi responden yang diwawancarai dengan sampel yang diambil secara purposif sampling.
b.      Menentukan jenis wawancara yang dapat menghasilkan informasi yang sangat bermanfaat dalam menjawab pertanyaan penelitian.
c.       Dalam melakukan wawancara satu-satu atau fokus pada kelompok, sebaiknya menggunakan prosedur pencatatan yang memadai, seperti mikrofon kerah untuk pewawancara dan responden atau mike yang cukup peka terhadap akustik ruangan.
d.      Menggunakan bentuk desain protokol wawancara, yaitu desain pedoman wawancara dengan panjang sekitar 4 sampai 5 halaman yang berisi 5 pertanyaan open-ended, dan menyediakan tempat (ruang) untuk mencatat tanggapan terhadap komentar-komentar responden.
e.       Menentukan tempat untuk melaksanakan wawancara.
f.       Pada saat akan melakukan wawancara, harus mendapat persetujuan dahulu dari orang yang akan diwawancarai untuk berpartisipasi dalam penelitian.[10]
Selama wawancara, pertanyaan-pertanyaan harus dikuasai oleh pewawancara, bila pertanyaan-pertanyaan telah selesai dijawab dalam waktu tertentu, dengan hormat dan sopan, pewawancara menawarkan beberapa pertanyaan lanjutan atau memberikan beberapa saran. Pelaksanaan wawancara menyangkut pewawancara dengan responden yang diwawancarai. Keduanya akan selalu berhubungan dalam mengadakan percakapan, dan pewawancaralah yang berkepentingan sedangkan responden yang diwawancarai hanya bersifat membantu.[11]

D.     Teknik dalam Menyimpulkan Pembicaraan
1)      Pengertian
Menyimpulkan berarti menyampaikan atau menetapkan pendapat (opini) berdasarkan hal-hal yan disimak, dilihat, didengar atau dibaca. Simpulan atau pendapat yang diambil menunjukkan pokok atau inti dari informasi tersebut atau hal-hal yang disimak, dilihat, didengar atau dibaca.
Demikian cara menyimpulkan suatu uraian atau pendapat. Agar cara menyimpulkan pendapat berjalan lancar, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a.       Menggunakan bahasa lugas, sederhana.
b.      Menggunakan bahasa efektif/singkat, jelas, tepat.
c.       Pendapat disertai alasan, bukti yang meyakinkan
d.      Kesimpulan tidak keluar dari permasalahan.
e.       Memahami seluruh materi.
2)      Teknik Menyimpulkan Pembicaraan
a.       Mendengarkan Dialog Interaktif
Untuk memperoleh informasi tertentu, biasanya para penyiar radio atau televisi melakukan wawancara dengan tokoh tertentu. Informasi yang digali dari tokoh tersebut merupakan sesuatu yang penting untuk diketahui oleh masyarakat.
Oleh karena itu, kegiatan wawancara disiarkan ke masyarakat luas. Dalam wawancara tersebut kadangkadang dilibatkan juga penonton atau pendengar. Kegiatan wawancara yang dilakukan untuk memperoleh berbagai informasi yang disiarkan melalui radio atau televisi dengan melibatkan penonton atau pendengar disebut dialog interaktif.
b.      Mencatat Pendapat Narasumber
Setelah mendengarkan dialog tersebut, diskusikan isinya kemudian mencatat hasil diskusi tersebut sebagai kesimpulan.
c.       Mengomentari Pendapat Narasumber dalam Dialog Interaktif
Ketika mengikuti acara dialog interaktif, sebagai pendengar atau pemirsa, kamu dapat berpartisipasi dengan mengomentari pendapat narasumber.
d.      Menggunakan Kalimat Langsung dan Tak Langsung
Setelah mewawancarai narasumber, biasanya wartawan harus melaporkan hasil wawancaranya dalam bentuk tertulis. Hasil wawancara tersebut dapat ditulis dalam kalimat langsung atau tidak langsung.[12]

E.     Teknik Parafrase Lisan
1)      Pengertian Parafrase
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, parafrasa adalah seperti berikut:
a.       Pengungkapan kembali suatu tuturan dari sebuah tingkatan atau macam bahasa menjadi macam yang lain tanpa mengubah pengertiannya.
b.      Penguraian kembali sebuah teks (karangan) dalam bentuk (susunan kata-kata) yang lain, dengan maksud untuk dapat menjelaskan makna yang tersembunyi.
c.       Parafrasa mengandung arti pengungkapan kembali suatu tuturan atau karangan menjadi bentuk lain namun tidak mengubah pengertian awal. Parafrasa tampil dalam bentuk lain dari bentuk aslinya, misalnya sebuah wacana asli menjadi wacana yang lebih ringkas, bentuk puisi ke prosa, drama ke prosa, dan sebaliknya.
Jadi dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa parafrase adalah pengungkapan atau penguraian kembali sebuah teks atau karangan tanpa mengubah pengertian dari isi didalam teks atau karangan tersebut.
2)      Teknik membuat parafrasa lisan adalah seperti berikut.
a.       Membaca informasi secara cermat.
b.      Memahami isi informasi secara umum.
c.       Menulis inti atau pokok informasi dengan kalimat sendiri.
d.      Mencatat kalimat pokok atau inti secara urut.
e.       Mengembangkan kalimat inti atau kata-kata kunci menjadi pokok-pokok pikiran yang sesuai dengan tema/topik informasi sumber.
f.       Menyampaikan atau menguraikan secara lisan pokok pikiran tersebut dengan menggunakan kata atau kalimat sendiri.
g.       Jika kesulitan menguraikannya, hal di bawah ini dapat membantu
h.      Gunakan kata-kata yang bersinonim dengan kata aslinya.
i.        Gunakan ungkapan yang sepadan jika terdapat ungkapan untuk membedakan dengan uraian aslinya.
j.        Ubahlah kalimat langsung menjadi tidak langsung atau kalimat aktif menjadi pasif.
k.      Jika berbentuk narasi, bisa menggunakan kata ganti orang ketiga.[13]
F.      Teknik Dalam Bercerita
1)      Pengertian Bercerita
Cerita adalah salah satu cara untuk menarik perhatian anak. Biasanya cerita disukai anak, yaitu cerita yang berkaitan dengan dunia binatang.  Metode bercerita adalah suatu metode yang mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan anak. Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk menyenangi cerita yang pengaruhnya besar terhadap perasaan. Oleh karenanya dijadikan sebagai salah satu teknik pendidikan.  Dunia kehidupan anak-anak itu dapat berkaitan dengan lingkungan keluarga, sekolah, dan luar sekolah.[14]
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode bercerita adalah menuturkan atau menyampaikan cerita secara lisan kepada anak didik sehingga dengan cerita tersebut dapat disampaikan pesan-pesan yang baik. Dengan adanya proses belajar mengajar, maka metode bercerita merupakan suatu cara yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pesan atau materi pelajaran yang disesuaikan dengan kondisi anak didik.
2)      Langkah-langkah Bercerita
Strategi pembelajaran melalui bercerita terdiri dari 5 langkah. Langkah-langkah dimaksud adalah sebagai berikut:
a.       Menetapkan tujuan dan tema cerita.
b.      Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih, misalnya bercerita dengan membaca langsung dari buku cerita, menggunakan gambar-gambar, menggunakan papan flannel, dst.
c.       Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita sesuai dengan bentuk bercerita yang dipilih.
d.      Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita, yang terdiri dari:
1)      Menyampaikan tujuan dan tema cerita
2)      Mengatur tempat duduk
3)       Melaksanaan kegiatan pembukaan
4)      Mengembangkan cerita
5)      Menetapkan teknik bertutur
6)       Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.[15]

G.    Tenik Retorika dan Orasi Ilmiah
1)      Pengertian Retorika
Retorika adalah suatu gaya/seni berbicara baik yang dicapai berdasarkan bakat alami (talenta) dan keterampilan teknis. Dewasa ini retorika diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang dipergunakan dalam proses komunikasi antar manusia. Kesenian berbicara ini bukan hanya berarti berbicara secara lancar tampa jalan pikiran yang jelas dan tanpa isi, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat, jelas, padat dan mengesankan. Retorika modern mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat.  Ber-retorika juga harus dapat dipertanggungjawabkan disertai pemilihan kata dan nada bicara yang sesuai dengan tujuan, ruang, waktu, situasi, dan siapa lawan bicara yang dihadapi.[16]
2)      Teknik Retorika dalam Orasi Ilmiah
Secara umum orasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk lisan di hadapan audiens (orang-orang yang hadir). Orang yang menyampaikan pesan tersebut disebut orator. Orasi asal katanya berasal dari kata oral yang berarti mulut, sederhananya istilah orasi dapat disamakan dengan khotbah, ceramah, dakwah, pidato dan presentasi. Walapun masing-masing mempunyai perbedaan, tetapi pada dasarnya merupakan metode penyampaian pesan, yang bisa berupa pikiran, pendapat, atau gagasan.[17]
Berikut adalah beberapa teknik dalam berorasi:
a.       Semangat, adalah pancaran perasaan senang yang berisikan tenaga penggerak yang menggairahkan aktivitas.meliputi:
1.      Menyemangti diri; mencanangkan harapan tujuan dari perjuangan harus selalu diingat karena akan mendorong kita bertekun mewujudkan harapan atas prestasi dan kualitas hidup.
2.      Menyemangati audiens; pertanyaaan retorik adalah pertanyaan pengumpan, citakan dan jadikan prioritas pertanyaan-pertanyaan yang berorientasi pada kebutuhan audiens; propokasi ialah pancingan emosi atau tantangan.
b.      Yakin, Pengetahuan merupakan modal dasar yang dibutuhkan untuk membentuk keyakinan, anda tidak perlu harus mengetahui secara menyeluruh setiap detil persoalan, tetapi mengetahuinya secara umum sudah cukup baik.
c.       Lantang, Lantang berarti mengeluarkan suara dengan jelas dan keras. Suatu hal yang perlu di ingat, yaitu anda harus mengeluarkan suara dengan jelas agar orang lain mengerti apa yang disampaikan. Contohnya :
1.      Intonasi; memperhatikan tekanan nada naik dan turun pada susunan kata, kadang tinggi, sedang, rendah. Laju pembicaraan yang menerapkan intonasi pastinya akan mendinamiskan suasana serta akan menginspirasi audiens.
2.      Artikulasi; kejelasan bunyi akan memudahkan pendengar dalam menerjemahkan arti, maksud dan arah pembicaraan. Kekeliruan menangkap arti akan menyebabkan kebimbangan dalam memahami. Maka upayakan semaksimal mungkin mengeluarkan suara secara lepas, tegas, tanpa di tahan.
3.      Kecepatan berbicara; bagi pemula ini bukan pilihan untuk segera diaplikasikan, karena terbuka resiko terpeleset dalam ucapan. Tapi kedepannya patut dilaksanakan karena mampu menimbulkan efek dalam menyemangatkan suasana. Apalagi ditambah dengan suara keras dan tampilan eksfresif akan memepesona dan meraup perhatian audiens.
4.      Jeda; berhentilah sejenak dan ambil nafas secara normal di akhir untaian kalimat yang sekiranya serasa panjang. Waktu yang tersedia hitungannya detik, anda dapat memanfatkannya untuk merangkai pikiran, mengistirahatkan tenggorokan, dan memberikan audiens kesempatan menyerap uraian yang kita paparkan.
d.      Acting, Komponen utama akting ialah ekspresi, yang tak lain merupakan ungkapan jiwa lewat gerakan tubuh dan air muka. Gerakan yang mewakili suasana riang, sedih, marah, dsb.
e.       Tatapan, Sering kita beradu pandang dengan orang lain ketika berbicara, adu pandang dalam konversasi akan menimbulkan kesan lawan bicara menyimak dan menghargai. Saling menimbulkan syak wasangka hingga menyebabkan perkelahian karena dianggap menantang kurang ajar/menghina. Ketajaman mata dibutuhkan orator agar memperlihatkan kewibawaan, keteguhan dan keseriusan layaknya mata komandan tentara ketika menancapkan perintah. Bukan sembarang memandang akan tetapi benar-benar tepat menatap pada bola mata.
f.       Menganalisis Kondisi Audien, Tanpa mengenali siapa audiennya sama saja orator memberikan petunjuk arah dalam keadaan gelap gulita. Yang harus di perhatikan dalam sebelum memulai presentasi adalah mendapatkan data tentang audiens.[18]


BAB III
KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas dapat diketahui bahwa berbicara merupakan suatu rangkaian bunyi-bunyian atau artikulasi dan alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Dengan tujuan untuk menyampaikan pemikiran secara efektif, pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan dan audien memahaminya. Prinsip umum yang mendasari kegiatan berbicara , antara lain :
·         Membutuhkan paling sedikit dua orang.
·         Mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama.
·         Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum.
·         Merupakan suatu pertukaran antara partisipan
·         Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera.
·         Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini.
·         Melibatkan aparat vokal dan auditory
·         Menghadapi/memisahkan yang nyata (real) dari yang didalilkan (postulated)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam berbicara adalah ketepatan pengucapan, ketepatan intonasi, pemilihan kata (diksi), dan kelancaran.
Teknik berbicara dalam wawancara langkahnya meliputi mengidentifikasi responden yang diwawancarai dengan sampel yang diambil secara purposif sampling. Menentukan jenis wawancara yang dapat menghasilkan informasi yang sangat bermanfaat dalam menjawab pertanyaan penelitian. Dalam melakukan wawancara satu-satu atau fokus pada kelompok, sebaiknya menggunakan prosedur pencatatan yang memadai. Menggunakan bentuk desain protokol wawancara. Dan menentukan tempat untuk melaksanakan wawancara.
Langkah-langkah dalam menyimpulkan pembicaraan yaitu mendengarkan dialog interaktif, mencatat pendapat narasumber, mengomentari pendapat narasumber dalam dialog interaktif, dan menggunakan kalimat langsung dan tak langsung. Teknik dalam parafrase lisan yaitu membaca informasi secara cermat. Memahami isi informasi secara umum. Menulis inti atau pokok informasi dengan kalimat sendiri. Mencatat kalimat pokok atau inti secara urut. Mengembangkan kalimat inti atau kata-kata kunci menjadi pokok-pokok pikiran yang sesuai dengan tema/topik informasi sumber. Menyampaikan atau menguraikan secara lisan pokok pikiran tersebut dengan menggunakan kata atau kalimat sendiri. Jika kesulitan menguraikannya, hal di bawah ini dapat membantu. Gunakan kata-kata yang bersinonim dengan kata aslinya. Gunakan ungkapan yang sepadan jika terdapat ungkapan untuk membedakan dengan uraian aslinya. Ubahlah kalimat langsung menjadi tidak langsung atau kalimat aktif menjadi pasif. Dan menggunakan kata ganti orang ketiga jika berbentuk narasi.
Langkah-langkah balam bercerita meliputi menetapkan tujuan dan tema cerita. Menetapkan bentuk bercerita yang disampaikan. Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita. Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita sesuai dengan bentuk bercerita yang dipilih.
Teknik retorika dalam orasi ilmiah meliputi, bersemangat dalam menggairahkan aktivitas. Memiliki keyakinan dengan pengetahuan sebagai modal dasar. Lantang dan berekspresi yang sesuai dalam menyampaikan. Intensitas bertatapan dengan lawan bicara dan menganalisis kondisi audien.



















DAFTAR PUSTAKA
Cresswell,  Qualitative Inquiry and Research Design. Choosing
Among 5th Ed. Sage Publications, New Delhi: International Educational and Profesional Publisher, 1998.

Henry Guntur Tarigan, Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa
Bandung: Angkasa Badudu, 1986.

Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
Bandung: Angkasa,2008.

Maidar dan Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia, Jakarta:
Erlangga, 1991.

Moleong,  Metodologi Penelitian Kualitatif Cetakan ke-26, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009.

Supriyadi, dkk, Pendidikan Bahasa Indonesia 2, Jakarta: Depdikbud, 2005.
bekerja/ diakses pada tanggal 18 Maret 2016 pukul 13.00 WIB

diakses pada tanggal 18 Maret 2016 pukul 13.00 WIB

seni.html diakses pada tanggal 18 Maret 2016 pukul 13.00 WIB

tanggal 18 Maret 2016 pukul 13.00 WIB

ilmubahasa.net/2014/11/simpulan-dan-menarik-kesimpulan-secara-deduktif-
induktif.html diakses pada tanggal 18 Maret 2016 pukul 13.00 WIB



[1] Henry Guntur Tarigan, Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa , (Bandung: Angkasa Badudu, 1986), hlm. 86
[2] Supriyadi, dkk, Pendidikan Bahasa Indonesia 2, (Jakarta: Depdikbud, 2005), hlm. 178
[3] Ibid, hlm.  179
[4]Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa,2008),  hlm. 3
[5] Ibid, hlm. 16
[6] Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa,2008),  hlm.16
[7] Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa,2008),  hlm. 17
[8] Ibid, hlm. 18
[9] Maidar dan Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 1991), hlm. 20

[10] Cresswell,  Qualitative Inquiry and Research Design. Choosing
Among 5th Ed. Sage Publications,( New Delhi: International Educational and
Profesional Publisher, 1998), hlm. 123-124
[11] Moleong,  Metodologi Penelitian Kualitatif Cetakan ke-26, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009) hlm. 200
[12] ilmubahasa.net/2014/11/simpulan-dan-menarik-kesimpulan-secara-deduktif-induktif.html
[17] http://hamdillahversache.blogspot.co.id/2011/12/teknik-orasi.html
[18] http://hamdillahversache.blogspot.co.id/2011/12/teknik-orasi.html

1 comment:

  1. *Tenda Roder / Tenda Hanggar / Tenda Dome dengan bahan Tiang alumunium, Dinding dan Atap PVC (PVC atap 850gr Blackout, Pvc dinding 550gr Blackout).


    Tenda Roder senidiri biasa di gunakan sebagai:
    -Tenda vaksinasi
    -Tenda semi permanen
    -Tenda gudang pabrik
    -Tenda darurat Rumah sakit
    -Posko Pengungsian
    -Tenda Peresmian
    -Tenda Pameran
    -Tenda Gudang, dan masihbanyak fungsi lainnya


    Tenda Roder sendiri memiliki beberapa bentangan yaitu bentangan 10, 15, dan 20. untuk panjangnya sendiri terhitung dari kelipatan 5 (cth: 5, 10, 15, 20 dst)


    *Tenda Transparan
    Tenda transparan itu memiliki kesan yang elegan karena bisa menampilkan suasana luar tenda dan sinar matahari atau pun binar binar luar tenda di malam hari, Tenda Transparan biasanya digunakan untuk:
    -Acara Wedding
    -Acara birthday party
    -Acara pesta malam
    -Event food frestival
    -Mini konser
    -Private Party dan masih banyak lagi kegunaannya.


    *Tenda Kerucut / Tenda Sarnafil
    Tenda ini biasanya digunakan untuk:

    -Event outdor / pameran
    -Tenda promosi
    -Tenda jualan
    -Tenda pameran
    -Tenda event / frestival
    -Posko pengamanan covid
    -Posko Polisi sementara
    -Posko darurat Rumah Sakit
    -Ruangan darurat rumah Sakit dan masih banyak kegunaan lainnya.

    Tenda kerucut dapat menutup sempurna untuk menghindari panas matahari langsung ataupun air hujan, untuk ukuran tenda yang biasa di gunakan beberapa macam yaitu 3x3m, 5x5m, dan 10x10m.

    *Tenda Membrane
    Tenda Membran sendiri memiliki kesan yang Elegan dan kokoh, makannya tenda ini sangat cocok sekali untuk di gunakan sebagai:
    -Atap Cafe
    -Atap Restoran
    -Atap Loby Hotel
    -Atap Lapangan Sepak bola
    -Atap Hall
    -Atap JPO
    -Atap stadion
    -Atap aula dan masih banyak lagi fungsi lainnya




    untuk Jasa penyewaan sendiri kami dapat melayani untuk daerah JABODETABEK dan sekitarnya


    untuk informasi lebih lanjut anda dapat menghubungi kami di:

    No.wa : 081977000899 / 081112300319 / 081112520816

    Alamat: Taman Ubud Cendana 1 No.19 Lippo Village, Tangerang Banten


    TENDA RODER, TENDA TRANSPARAN, TENDA KERUCUT, TENDA SARNAFIL, TENDA VAKSINASI, TENDA MEMBRAN, TENDA CAFE, TENDA HOTEL, TENDA LAPANGAN BOLA, TENDA DARURAT RUMAH SAKIT, POSKO PENGUNGSIAN, BILIK DESINFEKTAN, PISKO PENGANAMANAN COVID, RUANGAN DARURAT RUMAH SAKIT.


    #TENDAVAKSINASI #TENDAEVENT #TENDAWEDDING #TENDABAZAR #TENDARODER #TENDATRANSPARAN #POSKOPENGAMANAN #TENDAKERUCUT #TENDASARNAVIL#POSKOPENGUNGSIAN #BILIKDESINFEKTAN #TENDAPAMERAN #TENDAEXPO #FRESTIFALMUSIK #KONSERMUSIK #KONSER #JAKARTA #BANDUNG #KARAWANG #JAWATIMUR #JAWABARAT #JAWA TENGAH #SURABAYA #KALIMANTAN #PISKOPENGANAMANANCOVID #RUANGANDARURATRUMAH SAKIT
    #TENDAVAKSINASI #TENDARODER #TENDATRANSPARAN #POSKOPENGAMANAN #TENDAKERUCUT #TENDASARNAVIL #TENDASERBAGUNA #TENDADRIVETHRU #TENDAVAKSIN #TENDAPEMAKAMAN #TENDA MEMBRAN #TENDA CAFE #OODFRESRIFAL #KONSERMUSIK #FRESTIFALSENI #EVENTORGENAIZER #ACARAMUSIK #KONSERSENI #BOOTHPAMERAN #STANDPAMERAN #EVENTPAMERAN #TENDAPAMERAN #TENDAEVENT #TENDAKONSER #TENDABESAR #SEWATENDA #SEWATENDAKERUCUT #SEWATENDASARNAFIL #SEWATENDARODER #SEWATENDATRANSPARAN #SEWATENDAWEDDING #SEWATENDAUPACARA #SEWATENDAFOODFRESTIVAL #TENDAMURAH #TENDATERLENGJAP #VENDORTERPERCAYA #VENDORTERMURAH #TENDAMURAH #TENDAPAMERAN #TENDAEXPO #TENDARUMAHSAKIT #TENDASERBAGUNA #TENDASEMIPERMANEN #TENDAEVENT #TENDAPAMERAN #TENDAKECIL #TENDASIRCUIT #TENDAARENABALAP #SEWATENDASIRCUIT #SEWATENDAAREABALAP #SEWATENDAUNTUKMOTORGP #SEWATENDAEVENT #TENDARODER #TENDATRANSPARAN #TENDAKERUCUT #TENDA SARNAFIL #TENDATERLARIS #TENDATERMURAH #TENDAMURAH #TENDALARIS #TEND3X3M #TENDASARNAFIL3X3M #TENDAKERUCUT3X3M #TENDASARNAFIL5X5M #TENDASARNAFIL4X4M #TENDASARNAFILMURAH #PRODUSENTENDA #PRODUSENTENDASARNAFIL #JUALRANGKATENDA


    https://www.tendaroderindonesia.com/

    https://shopee.co.id/pasaronlinetangerang

    https://shopee.co.id/dewi.melansari

    https://www.tokopedia.com/meylans

    https://www.facebook.com/profile.php?id=100055894358161

    https://www.instagram.com/juragantendaofficial/

    https://wordpress.com/home/juragantendaofficial.wordpress.com

    https://twitter.com/IndonesiaRoder

    ReplyDelete