MAKALAH PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA
“TEKNIK
PEMBELAJARAN BERBICARA”
Disusun
guna memenuhi tugas matakuliah Pembelajaran Bahasa Indoseia
Dosen
Pengampu: Ana Fitrotunnisa,
M.Pd.I
Disusun Oleh:
Muhamat Iksan (14480127)
Sri Fatonah (14480037)
Kiki Iyama (14480143)
Eka Zuliana Safitri ( 14480145)
Nona Isnawati ( 14480147)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Manusia
adalah makhluk sosial, tindakannya yang pertama dan paling penting dalam
tindakan sosial adalah berkomunikasi.
Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarmanusia. Bahasa sebagai
alat komunikasi ini, dalam rangka memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial
yang perlu berinteraksi dengan sesama manusia. Sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi manusia dituntut untuk mempunyai kemampuan berbahasa
yang baik. Seseorang yang mempunyai kemampuan berbahasa yang memadai akan lebih
mudah menyerap dan menyampaikan informasi baik secara lisan maupun tulisan.
Keterampilan berbahasa
terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca,
dan menulis. Siswa harus menguasai keempat aspek tersebut agar terampil
berbahasa. Dengan demikian, pembelajaran keterampilan berbahasa di sekolah
tidak hanya menekankan pada teori saja, tetapi siswa dituntut untuk mampu menggunakan
bahasa sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi.Salah satu aspek berbahasa yang
harus dikuasai oleh siswa adalah berbicara, sebab keterampilan berbicara
menunjang keterampilan lainnya[1]
Akan tetapi, masalah yang
terjadi di lapangan adalah tidak semua siswa mempunyai kemampuan berbicara yang
baik. Oleh sebab itu, pembinaan keterampilan berbicara harus dilakukan sedini
mungkin. Pentingnya keterampilan berbicara atau bercerita dalam komunikasi yaitu
apabila seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik, dia akan
memperoleh keuntungan sosial maupun profesional. Keuntungan sosial berkaitan
dengan kegiatan interaksi sosial antarindividu. Sedangkan, keuntungan
profesional diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat
pertanyaan-pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan
dan mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan tersebut memudahkan siswa
berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain[2]. Pentingnya penguasaan keterampilan
berbicara untuk siswa Sekolah Dasar juga dinyatakan oleh Farris bahwa
pembelajaran keterampilan berbicara penting dikuasai siswa agar mampu
mengembangkan kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan
berpikir mereka akan terlatih ketika mereka mengorganisasikan, mengonsepkan, mengklarifikasikan,
dan menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan.[3]
Keterampilan berbicara
harus dikuasai oleh para siswa Sekolah Dasar karena keterampilan ini
secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa di Sekolah Dasar.
Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan
belajar-mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan berbicara
mereka. Siswa yang tidak mampu berbicara dengan baik dan benar akan
mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata
pelajaran.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
a.
Apa
pengertian, tujuan, dan prinsip umum dalam berbicara ?
b. Apa saja yang harus diperhatikan
dalam berbicara?
c. Bagaimana teknik dalam berwawancara
yang baik?
d. Bagaimana teknik dalam menyimpulkan
pembicaraan yang baik?
e. Bagaimana teknik parafrase
lisan yang baik?
f. Bagaimana teknik dalam bercerita yang
baik?
g. Bagaimana tenik retorika dan orasi
ilmiah yang baik?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Tujuan Berbicara
1)
Pengertian Berbicara
Linguis berkata bahwa “speaking is language”. Berbicara
adalahsuatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang
hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan
berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara sudah barang tentu berhubungan
erat dengan perkembangan kosakata yang diperoleh oleh sang anak melalui
kegiatan menyimak dan membaca. Kebelum-matangan dalam perkembangan bahasa juga
merupakan suatu keterlambatan dalam kegiatan-kegiatan berbahasa. Perlu kita
sadari juga bahwa keterampilan-keterampilan yang dioerlukan bagi kegiatan
berbicara yang efektif banyak persamaannya dengan yang dibutuhkan bagi
komunikasi efektif dalam keterampilan-keterampilan berbahasa yang lainnya itu.[4]
Berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan, atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakan bahwa berbicara merupakan
suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan
(visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi
maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Lebi jauh
lagi, berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaaatkan
faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik
sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dianggap sebagai alat manusia yang
paling penting bagi kontrol sosial.[5]
Dengan demikian,
maka, berbicara itu lebih daripada hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau
kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan
yang disusun serta dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan
instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung
apakah sang pembicara memahami atau tidak, baik bahan pembicaraannya maupun
para penyimaknya; apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau
tidak, pada saat dia mengkomunikasikan gagasan-gagasannya; dan apakah dia
waspada serta antusias atau tidak.[6]
2)
Tujuan Berbicara
Tujuan utama dari berbicara
adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikirn secara efektif,
seyogyanyalah sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin
dikomunikasikan. Dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap
(para) pendengarnya dan harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala
situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.
3)
Prinsip Umum Berbicara
Prinsip umum yang mendasari
kegiatan berbicara , antara lain :
a. Membutuhkan paling sedikit dua
orang.
Tentu
saja pembicaraan dapat dilakukan oleh
satu orang dan hal ini sering terjadi, misalnya oleh orang yang sedang mempelajari
bunyi-bunyi bahasa beserta maknanya, atau oleh seseorang yang meninjau kembali
pernyataan bank-nya atau oleh orang yang memukul ibu jarinya dengan palu.
b. Mempergunakan suatu sandi
linguistik yang dipahami bersama.
Bahkan
andaikatapun dipergunakan dua bahasa, namun saling pengertian, pemahaman
bersama itu tidak kurang pentingnya.
c. Menerima atau mengakui suatu
daerah referensi umum.
Daerah
referensi yang umum mungkin tidak terlalu mudah dikenal/ditentukan, namun
pembicaraan menerima kecenderungan untuk menemukan satu diantaranya.
d. Merupakan suatu pertukaran antara
partisipan
Kedua
pihak partisipan yang memberi dan menerima dalam pembicaraan saling bertukar
sebagai pembicara dan penyimak.
e. Menghubungkan setiap pembicara
dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera.
Perilaku
lisan sang pembicara selalu berhubungan dengan responsi yang nyata atau yang
diharapkan, dari sang penyimak, dan sebaliknya. Jadi hubungan itu bersifat
timbal balik atau dua arah.
f. Berhubungan atau berkaitan dengan
masa kini.
Hanya
dengan bantuan berkas grafik-material, bahasa dapat luput dari kekinian dan
kesegeraan; bahwa pita atau berkas itu telah mungkin berbuat demikian, tentu
saja merupakan salah satu kenyataan keunggulan budaya manusia.[7]
g. Melibatkan aparat vokal dan
auditory
Hanya
melibatkan aparat atau perlengkapan yang
berhubungan dengan suara/bunyi bahasa dan pendengaran (vocal and auditory
apparatus). Walaupun kegiatan-kegiatan dalam pita audio-lingual dapat
melepaskan gerak-visual dan grafik-material, namun sebaliknya tidak akan
terjadi; terkecuali bagi pantomim atau gambar, takkan ada pada gerakan dan
grafik itu yang tidak berdasar dari dan bergantung pada audio-lingual dapat
berbicara terus-menerus dengan orang-orang yang tidak kita lihat , di rumah, di
tempat bekerja, dan dengan telefon; percakapan-percakapan seperti ini merupakan
pembicaraan yang khas dalam bentuknya yang paling asli.
h. Menghadapi/memisahkan yang nyata
(real) dari yang didalilkan (postulated)
Secara
tidak pandang bulu menghadapi serta memperlakukan apa yang nyata dan apa yang
diterima sebagai dalil. Keseluruhan lingkungan yang dapat dilambangkan oleh
pembicaraan mencakup bukan hanya dunia nyata yang mengelilingi para pembicara
tetapi juga secara tidak terbatas dunia gagasan yang lebih luas yang harus
mereka masuki karena mereka dan manusia berbicara sebagai titik pertemuan kedua
wilayah ini tetap memerlukan penelaahan serta uraian yang lebih lanjut dan
mendalam.[8]
B.
Keefektifan Berbicara
1) Ketepatan pengucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa
secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan
perahatian pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan artikulasi yang digunakan
tidak selalu sama. Setiap orang mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang
dipakai berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaraan, perasaan, dan sasaran.
Akan tetapi kalau perbedaan atau perubahan itu terlalu mencolok, dan
menyimpang, maka keefektifan komunikasi akan terganggu.
Setiap penutur tentu sangat dipengaruhi oleh bahasa ibunya. Misalnya, pengucapan kan untuk akhiran -kan
yang kurang tepat, memasukkan. Memang kita belum memiliki lafal
baku, namun sebaiknya ucapan kita jangan terlalu diwarnai oleh bahasa daerah,
sehingga dapat mengalihkan perhatian pendengar. Demikian juga halnya dengan
pengucapan tiap suku kata. Tidak jarang kita dengar orang mengucapkan kata-kata
yang tidak jelas suku katanya.
Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang tidak tepat atau
cacat akan menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, atau kurang menarik
sehingga dapat mengalihkan perhatian pendengar, mengganggu komunikasi, atau
pemakainya dianggap aneh.
2) Ketepatan Intonasi
Kesesuaian intonasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara dan
merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang
dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan intonasi yang sesuai dengan
masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya jika penyampaiannya datar saja, hampir
dapat dipastikan menimbulkan kejemuan dan keefektifan berbicara berkurang.
Demikian juga halnya dalam pemberian intonasi pada
kata atau suku kata. Tekanan suara yang biasanya jatuh pada suku kata terakhir
atau suku kata kedua dari belakang, kemudian ditempatkan pada suku kata
pertama. Misalnya kata peyanggah, pemberani, kesempatan,
diberi tekanan pada pe-, pem-, ke-, tentu kedengarannya janggal.
3) Pilihan Kata (Diksi)
Pilihan kata (diksi) hendaknya tepat, jelas, dan
bervariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi
sasaran. Pendengar akan lebih terangsang dan lebih paham, kalau kata-kata yang
digunakan sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya, kata-kata populer tentu akan
lebih efektif daripada kata-kata yang muluk-muluk dan kata-kata yang berasal
dari bahasa asing. Kata-kata yang belum dikenal memang membangkitkan rasa ingin
tahu, namun menghambat kelancaran komunikasi. Pilihan kata itu tentu harus
disesuaikan dengan pokok pembicaraan dan dengan siapa kita berbicara (pendengar).
4) Kelancaran
Seorang pembicara yang lancar berbicara memudahkan
pendengar menangkap isi pembicaraannya. Seringkali kita dengar pembicara
berbicara terputus-putus, bahkan antara bagian-bagian yang terputus itu
diselipkan bunyi-bunyi tertentu yang sangat mengganggu penangkapan pendengar,
misalnya menyelipkan bunyi ee, oo, aa, dan sebagainya. Sebaliknya, pembicara
yang terlalu cepat berbicara juga menyulitkan pendengar menangkap pokok
pembicarannya.[9]
C. Teknik dalam Berwawancara
1)
Pengertian
Wawancara
Definisi
wawancara menurut Moleong (2009, halaman 186), wawancara adalah percakapan yang
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu. Menurut Benney & Hughes (dalam Denzin, 2009, halaman 501),
wawancara adalah seni bersosialisasi, pertemuan “dua manusia yang saling
berinteraksi dalam jangka waktu tertentu berdasarkan kesetaraan status,
terlepas apakah hal tersebut benar-benar kejadian nyata atau tidak”. Dengan
demikian, wawancara dapat menjadi alat/perangkat dan juga dapat sekaligus
menjadi objek Menurut Sanapiah Faisal (1982, halaman 213), wawancara merupakan
angket lisan maksudnya responden atau interview mengemukakan informasinya
secara lisan dalam hubungan tatap muka, jadi responden tidak perlu menuliskan jawabannya
secara tertulis.
2) Langkah-Langkah Wawancara
Menurut
Creswell bahwa wawancara merupakan proses yang mengikuti prosedur dengan
serangkaian langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Mengidentifikasi responden yang diwawancarai dengan
sampel yang diambil secara purposif sampling.
b.
Menentukan jenis wawancara yang dapat menghasilkan
informasi yang sangat bermanfaat dalam menjawab pertanyaan penelitian.
c.
Dalam melakukan wawancara satu-satu atau fokus pada
kelompok, sebaiknya menggunakan prosedur pencatatan yang memadai, seperti mikrofon
kerah untuk pewawancara dan responden atau mike yang cukup peka terhadap
akustik ruangan.
d.
Menggunakan bentuk desain protokol wawancara, yaitu
desain pedoman wawancara dengan panjang sekitar 4 sampai 5 halaman yang berisi
5 pertanyaan open-ended, dan menyediakan tempat (ruang) untuk mencatat
tanggapan terhadap komentar-komentar responden.
e.
Menentukan tempat untuk melaksanakan wawancara.
f.
Pada saat akan melakukan wawancara, harus mendapat
persetujuan dahulu dari orang yang akan diwawancarai untuk berpartisipasi dalam
penelitian.[10]
Selama wawancara, pertanyaan-pertanyaan harus dikuasai
oleh pewawancara, bila pertanyaan-pertanyaan telah selesai dijawab dalam waktu
tertentu, dengan hormat dan sopan, pewawancara menawarkan beberapa pertanyaan
lanjutan atau memberikan beberapa saran. Pelaksanaan wawancara menyangkut
pewawancara dengan responden yang diwawancarai. Keduanya akan selalu
berhubungan dalam mengadakan percakapan, dan pewawancaralah yang berkepentingan
sedangkan responden yang diwawancarai hanya bersifat membantu.[11]
D. Teknik dalam Menyimpulkan Pembicaraan
1)
Pengertian
Menyimpulkan berarti menyampaikan
atau menetapkan pendapat (opini) berdasarkan hal-hal yan disimak, dilihat,
didengar atau dibaca. Simpulan atau pendapat yang diambil menunjukkan pokok
atau inti dari informasi tersebut atau hal-hal yang disimak, dilihat, didengar
atau dibaca.
Demikian cara menyimpulkan suatu
uraian atau pendapat. Agar cara menyimpulkan pendapat berjalan lancar, perlu
diperhatikan hal-hal berikut:
a.
Menggunakan
bahasa lugas, sederhana.
b.
Menggunakan
bahasa efektif/singkat, jelas, tepat.
c.
Pendapat
disertai alasan, bukti yang meyakinkan
d.
Kesimpulan
tidak keluar dari permasalahan.
e.
Memahami
seluruh materi.
2)
Teknik
Menyimpulkan Pembicaraan
a.
Mendengarkan
Dialog Interaktif
Untuk memperoleh informasi tertentu, biasanya para
penyiar radio atau televisi melakukan wawancara dengan tokoh tertentu.
Informasi yang digali dari tokoh tersebut merupakan sesuatu yang penting untuk
diketahui oleh masyarakat.
Oleh karena itu, kegiatan wawancara disiarkan ke
masyarakat luas. Dalam wawancara tersebut kadangkadang dilibatkan juga penonton
atau pendengar. Kegiatan wawancara yang dilakukan untuk memperoleh berbagai
informasi yang disiarkan melalui radio atau televisi dengan melibatkan penonton
atau pendengar disebut dialog interaktif.
b.
Mencatat
Pendapat Narasumber
Setelah mendengarkan dialog tersebut,
diskusikan isinya kemudian mencatat hasil diskusi tersebut sebagai kesimpulan.
c.
Mengomentari
Pendapat Narasumber dalam Dialog Interaktif
Ketika mengikuti acara dialog
interaktif, sebagai pendengar atau pemirsa, kamu dapat berpartisipasi dengan
mengomentari pendapat narasumber.
d.
Menggunakan
Kalimat Langsung dan Tak Langsung
Setelah mewawancarai narasumber,
biasanya wartawan harus melaporkan hasil wawancaranya dalam bentuk tertulis.
Hasil wawancara tersebut dapat ditulis dalam kalimat langsung atau tidak langsung.[12]
E. Teknik Parafrase
Lisan
1)
Pengertian Parafrase
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia, parafrasa adalah seperti berikut:
a.
Pengungkapan
kembali suatu tuturan dari sebuah tingkatan atau macam bahasa menjadi macam
yang lain tanpa mengubah pengertiannya.
b.
Penguraian
kembali sebuah teks (karangan) dalam bentuk (susunan kata-kata) yang lain,
dengan maksud untuk dapat menjelaskan makna yang tersembunyi.
c. Parafrasa mengandung arti
pengungkapan kembali suatu tuturan atau karangan menjadi bentuk lain namun
tidak mengubah pengertian awal. Parafrasa tampil dalam bentuk lain dari bentuk
aslinya, misalnya sebuah wacana asli menjadi wacana yang lebih ringkas, bentuk
puisi ke prosa, drama ke prosa, dan sebaliknya.
Jadi dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa parafrase
adalah pengungkapan atau penguraian kembali sebuah teks atau karangan tanpa
mengubah pengertian dari isi didalam teks atau karangan tersebut.
2)
Teknik membuat parafrasa lisan adalah
seperti berikut.
a.
Membaca
informasi secara cermat.
b.
Memahami
isi informasi secara umum.
c.
Menulis
inti atau pokok informasi dengan kalimat sendiri.
d.
Mencatat
kalimat pokok atau inti secara urut.
e.
Mengembangkan
kalimat inti atau kata-kata kunci menjadi pokok-pokok pikiran yang sesuai dengan tema/topik
informasi sumber.
f.
Menyampaikan
atau menguraikan secara lisan pokok pikiran tersebut dengan menggunakan kata
atau kalimat sendiri.
g.
Jika
kesulitan menguraikannya, hal di bawah ini dapat membantu
h.
Gunakan
kata-kata yang bersinonim dengan kata aslinya.
i.
Gunakan
ungkapan yang sepadan jika terdapat ungkapan untuk membedakan dengan uraian
aslinya.
j.
Ubahlah
kalimat langsung menjadi tidak langsung atau kalimat aktif menjadi pasif.
k.
Jika
berbentuk narasi, bisa menggunakan kata ganti orang ketiga.[13]
F. Teknik Dalam
Bercerita
1) Pengertian Bercerita
Cerita
adalah salah satu cara untuk menarik perhatian anak. Biasanya cerita disukai
anak, yaitu cerita yang berkaitan dengan dunia binatang. Metode
bercerita adalah suatu metode yang mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan
anak. Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk menyenangi cerita yang
pengaruhnya besar terhadap perasaan. Oleh karenanya dijadikan sebagai salah
satu teknik pendidikan. Dunia kehidupan anak-anak itu dapat berkaitan dengan
lingkungan keluarga, sekolah,
dan luar sekolah.[14]
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan metode bercerita adalah menuturkan atau menyampaikan
cerita secara lisan kepada anak didik sehingga dengan cerita tersebut dapat
disampaikan pesan-pesan yang baik. Dengan adanya proses belajar mengajar, maka
metode bercerita merupakan suatu cara yang dilakukan oleh guru untuk
menyampaikan pesan atau materi pelajaran yang disesuaikan dengan kondisi anak
didik.
2) Langkah-langkah Bercerita
Strategi pembelajaran melalui bercerita terdiri dari 5
langkah. Langkah-langkah dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan
tujuan dan tema cerita.
b. Menetapkan
bentuk bercerita yang dipilih, misalnya bercerita dengan membaca langsung dari
buku cerita, menggunakan gambar-gambar, menggunakan papan flannel, dst.
c. Menetapkan
bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita sesuai dengan bentuk
bercerita yang dipilih.
d. Menetapkan
rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita, yang terdiri dari:
1) Menyampaikan
tujuan dan tema cerita
2) Mengatur
tempat duduk
3) Melaksanaan kegiatan pembukaan
4) Mengembangkan
cerita
5) Menetapkan
teknik bertutur
6) Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan
isi cerita.[15]
G. Tenik
Retorika dan
Orasi Ilmiah
1) Pengertian Retorika
Retorika adalah
suatu gaya/seni berbicara baik yang dicapai berdasarkan bakat
alami (talenta) dan keterampilan teknis. Dewasa ini retorika diartikan sebagai
kesenian untuk berbicara baik, yang dipergunakan dalam proses komunikasi antar
manusia. Kesenian berbicara ini bukan hanya berarti berbicara secara lancar
tampa jalan pikiran yang jelas dan tanpa isi, melainkan suatu kemampuan untuk
berbicara dan berpidato secara singkat, jelas, padat dan mengesankan. Retorika
modern mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik
pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat.
Ber-retorika juga harus dapat dipertanggungjawabkan disertai pemilihan kata dan
nada bicara yang sesuai dengan tujuan, ruang, waktu, situasi, dan siapa lawan
bicara yang dihadapi.[16]
2) Teknik Retorika dalam Orasi
Ilmiah
Secara
umum orasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk lisan di hadapan
audiens (orang-orang yang hadir). Orang yang menyampaikan pesan tersebut
disebut orator. Orasi asal katanya berasal dari kata oral yang berarti mulut,
sederhananya istilah orasi dapat disamakan dengan khotbah, ceramah, dakwah,
pidato dan presentasi. Walapun masing-masing mempunyai perbedaan, tetapi pada
dasarnya merupakan metode penyampaian pesan, yang bisa berupa pikiran,
pendapat, atau gagasan.[17]
Berikut adalah beberapa
teknik dalam berorasi:
a. Semangat, adalah
pancaran perasaan senang yang berisikan tenaga penggerak yang menggairahkan
aktivitas.meliputi:
1. Menyemangti
diri; mencanangkan harapan tujuan dari perjuangan harus
selalu diingat karena akan mendorong kita bertekun mewujudkan harapan atas
prestasi dan kualitas hidup.
2. Menyemangati
audiens; pertanyaaan retorik adalah pertanyaan pengumpan,
citakan dan jadikan prioritas pertanyaan-pertanyaan yang berorientasi pada
kebutuhan audiens; propokasi ialah pancingan emosi atau tantangan.
b.
Yakin, Pengetahuan merupakan modal dasar
yang dibutuhkan untuk membentuk keyakinan, anda tidak perlu harus mengetahui
secara menyeluruh setiap detil persoalan, tetapi mengetahuinya secara umum
sudah cukup baik.
c.
Lantang, Lantang berarti mengeluarkan
suara dengan jelas dan keras. Suatu hal yang perlu di ingat, yaitu anda harus
mengeluarkan suara dengan jelas agar orang lain mengerti apa yang disampaikan.
Contohnya :
1. Intonasi;
memperhatikan tekanan nada naik dan turun pada susunan
kata, kadang tinggi, sedang, rendah. Laju pembicaraan yang menerapkan intonasi
pastinya akan mendinamiskan suasana serta akan menginspirasi audiens.
2. Artikulasi;
kejelasan bunyi akan memudahkan pendengar dalam menerjemahkan arti, maksud dan
arah pembicaraan. Kekeliruan menangkap arti akan menyebabkan kebimbangan dalam
memahami. Maka upayakan semaksimal mungkin mengeluarkan suara secara lepas,
tegas, tanpa di tahan.
3. Kecepatan
berbicara; bagi pemula ini bukan pilihan untuk segera
diaplikasikan, karena terbuka resiko terpeleset dalam ucapan. Tapi kedepannya
patut dilaksanakan karena mampu menimbulkan efek dalam menyemangatkan suasana.
Apalagi ditambah dengan suara keras dan tampilan eksfresif akan memepesona dan
meraup perhatian audiens.
4. Jeda;
berhentilah sejenak dan ambil nafas secara normal di akhir untaian kalimat yang
sekiranya serasa panjang. Waktu yang tersedia hitungannya detik, anda dapat
memanfatkannya untuk merangkai pikiran, mengistirahatkan tenggorokan, dan
memberikan audiens kesempatan menyerap uraian yang kita paparkan.
d.
Acting, Komponen
utama akting ialah ekspresi, yang tak lain merupakan ungkapan jiwa lewat
gerakan tubuh dan air muka. Gerakan yang mewakili suasana riang, sedih, marah,
dsb.
e.
Tatapan, Sering
kita beradu pandang dengan orang lain ketika berbicara, adu pandang dalam
konversasi akan menimbulkan kesan lawan bicara menyimak dan menghargai. Saling
menimbulkan syak wasangka hingga menyebabkan perkelahian karena dianggap
menantang kurang ajar/menghina. Ketajaman mata dibutuhkan orator agar
memperlihatkan kewibawaan, keteguhan dan keseriusan layaknya mata komandan
tentara ketika menancapkan perintah. Bukan sembarang memandang akan tetapi
benar-benar tepat menatap pada bola mata.
f.
Menganalisis Kondisi Audien, Tanpa mengenali siapa audiennya
sama saja orator memberikan petunjuk arah dalam keadaan gelap gulita. Yang
harus di perhatikan dalam sebelum memulai presentasi adalah mendapatkan data
tentang audiens.[18]
BAB III
KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas dapat diketahui bahwa berbicara
merupakan suatu rangkaian bunyi-bunyian atau artikulasi dan alat untuk mengkomunikasikan
gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Dengan
tujuan untuk
menyampaikan pemikiran
secara efektif, pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin
dikomunikasikan dan audien memahaminya. Prinsip umum yang mendasari kegiatan berbicara ,
antara lain :
·
Membutuhkan
paling sedikit dua orang.
·
Mempergunakan
suatu sandi linguistik yang dipahami bersama.
·
Menerima
atau mengakui suatu daerah referensi umum.
·
Merupakan
suatu pertukaran antara partisipan
·
Menghubungkan
setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera.
·
Berhubungan
atau berkaitan dengan masa kini.
·
Melibatkan
aparat vokal dan auditory
·
Menghadapi/memisahkan
yang nyata (real) dari yang didalilkan (postulated)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam berbicara adalah ketepatan pengucapan, ketepatan intonasi, pemilihan kata (diksi), dan kelancaran.
Teknik berbicara dalam wawancara langkahnya
meliputi mengidentifikasi responden yang diwawancarai dengan
sampel yang diambil secara purposif sampling. Menentukan jenis wawancara yang
dapat menghasilkan informasi yang sangat bermanfaat dalam menjawab pertanyaan
penelitian. Dalam melakukan wawancara satu-satu atau fokus pada kelompok,
sebaiknya menggunakan prosedur pencatatan yang memadai. Menggunakan bentuk
desain protokol wawancara. Dan menentukan tempat untuk melaksanakan wawancara.
Langkah-langkah
dalam menyimpulkan pembicaraan yaitu mendengarkan
dialog interaktif,
mencatat pendapat narasumber,
mengomentari pendapat narasumber dalam dialog interaktif, dan
menggunakan kalimat
langsung dan tak langsung. Teknik dalam parafrase lisan yaitu membaca informasi secara cermat. Memahami isi informasi secara
umum. Menulis inti
atau pokok informasi dengan kalimat sendiri. Mencatat kalimat pokok atau inti
secara urut. Mengembangkan
kalimat inti atau kata-kata kunci menjadi pokok-pokok pikiran yang sesuai dengan
tema/topik informasi sumber. Menyampaikan
atau menguraikan secara lisan pokok pikiran tersebut dengan menggunakan kata
atau kalimat sendiri. Jika
kesulitan menguraikannya, hal di bawah ini dapat membantu.
Gunakan kata-kata
yang bersinonim dengan kata aslinya. Gunakan
ungkapan yang sepadan jika terdapat ungkapan untuk membedakan dengan uraian
aslinya. Ubahlah
kalimat langsung menjadi tidak langsung atau kalimat aktif menjadi pasif.
Dan menggunakan kata
ganti orang ketiga jika berbentuk narasi.
Langkah-langkah balam bercerita meliputi menetapkan
tujuan dan tema cerita. Menetapkan bentuk bercerita yang disampaikan. Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita. Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam
kegiatan bercerita sesuai dengan bentuk bercerita yang dipilih.
Teknik
retorika dalam orasi ilmiah meliputi, bersemangat dalam menggairahkan aktivitas.
Memiliki keyakinan dengan pengetahuan sebagai modal dasar. Lantang dan
berekspresi yang sesuai dalam menyampaikan. Intensitas bertatapan dengan lawan
bicara dan menganalisis kondisi audien.
DAFTAR PUSTAKA
Cresswell, Qualitative Inquiry and Research Design. Choosing
Among
5th Ed. Sage Publications, New Delhi: International Educational and Profesional
Publisher, 1998.
Henry Guntur Tarigan, Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa
Bandung: Angkasa Badudu, 1986.
Henry Guntur Tarigan, Berbicara
Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
Bandung:
Angkasa,2008.
Maidar dan Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia, Jakarta:
Erlangga, 1991.
Moleong, Metodologi
Penelitian Kualitatif Cetakan ke-26, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009.
Supriyadi, dkk, Pendidikan Bahasa Indonesia 2, Jakarta:
Depdikbud, 2005.
bekerja/ diakses pada tanggal 18 Maret 2016 pukul 13.00 WIB
diakses pada
tanggal 18 Maret 2016 pukul 13.00 WIB
seni.html diakses pada tanggal 18 Maret 2016 pukul 13.00 WIB
tanggal 18 Maret 2016 pukul 13.00 WIB
ilmubahasa.net/2014/11/simpulan-dan-menarik-kesimpulan-secara-deduktif-
induktif.html diakses pada tanggal 18 Maret 2016 pukul 13.00 WIB
[1] Henry Guntur Tarigan, Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa , (Bandung: Angkasa
Badudu, 1986), hlm. 86
[2] Supriyadi, dkk, Pendidikan
Bahasa Indonesia 2, (Jakarta: Depdikbud, 2005), hlm. 178
[3] Ibid, hlm. 179
[4]Henry Guntur Tarigan, Berbicara
Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa,2008), hlm. 3
[5] Ibid, hlm. 16
[6] Henry Guntur Tarigan, Berbicara
Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa,2008), hlm.16
[7] Henry Guntur Tarigan, Berbicara
Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa,2008), hlm. 17
[8] Ibid, hlm. 18
[9]
Maidar dan Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 1991), hlm. 20
Among 5th Ed.
Sage Publications,( New Delhi: International
Educational and
Profesional Publisher, 1998), hlm. 123-124
[11]
Moleong, Metodologi
Penelitian Kualitatif Cetakan ke-26, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2009) hlm.
200
[12]
ilmubahasa.net/2014/11/simpulan-dan-menarik-kesimpulan-secara-deduktif-induktif.html
[17]
http://hamdillahversache.blogspot.co.id/2011/12/teknik-orasi.html
[18]
http://hamdillahversache.blogspot.co.id/2011/12/teknik-orasi.html
*Tenda Roder / Tenda Hanggar / Tenda Dome dengan bahan Tiang alumunium, Dinding dan Atap PVC (PVC atap 850gr Blackout, Pvc dinding 550gr Blackout).
ReplyDeleteTenda Roder senidiri biasa di gunakan sebagai:
-Tenda vaksinasi
-Tenda semi permanen
-Tenda gudang pabrik
-Tenda darurat Rumah sakit
-Posko Pengungsian
-Tenda Peresmian
-Tenda Pameran
-Tenda Gudang, dan masihbanyak fungsi lainnya
Tenda Roder sendiri memiliki beberapa bentangan yaitu bentangan 10, 15, dan 20. untuk panjangnya sendiri terhitung dari kelipatan 5 (cth: 5, 10, 15, 20 dst)
*Tenda Transparan
Tenda transparan itu memiliki kesan yang elegan karena bisa menampilkan suasana luar tenda dan sinar matahari atau pun binar binar luar tenda di malam hari, Tenda Transparan biasanya digunakan untuk:
-Acara Wedding
-Acara birthday party
-Acara pesta malam
-Event food frestival
-Mini konser
-Private Party dan masih banyak lagi kegunaannya.
*Tenda Kerucut / Tenda Sarnafil
Tenda ini biasanya digunakan untuk:
-Event outdor / pameran
-Tenda promosi
-Tenda jualan
-Tenda pameran
-Tenda event / frestival
-Posko pengamanan covid
-Posko Polisi sementara
-Posko darurat Rumah Sakit
-Ruangan darurat rumah Sakit dan masih banyak kegunaan lainnya.
Tenda kerucut dapat menutup sempurna untuk menghindari panas matahari langsung ataupun air hujan, untuk ukuran tenda yang biasa di gunakan beberapa macam yaitu 3x3m, 5x5m, dan 10x10m.
*Tenda Membrane
Tenda Membran sendiri memiliki kesan yang Elegan dan kokoh, makannya tenda ini sangat cocok sekali untuk di gunakan sebagai:
-Atap Cafe
-Atap Restoran
-Atap Loby Hotel
-Atap Lapangan Sepak bola
-Atap Hall
-Atap JPO
-Atap stadion
-Atap aula dan masih banyak lagi fungsi lainnya
untuk Jasa penyewaan sendiri kami dapat melayani untuk daerah JABODETABEK dan sekitarnya
untuk informasi lebih lanjut anda dapat menghubungi kami di:
No.wa : 081977000899 / 081112300319 / 081112520816
Alamat: Taman Ubud Cendana 1 No.19 Lippo Village, Tangerang Banten
TENDA RODER, TENDA TRANSPARAN, TENDA KERUCUT, TENDA SARNAFIL, TENDA VAKSINASI, TENDA MEMBRAN, TENDA CAFE, TENDA HOTEL, TENDA LAPANGAN BOLA, TENDA DARURAT RUMAH SAKIT, POSKO PENGUNGSIAN, BILIK DESINFEKTAN, PISKO PENGANAMANAN COVID, RUANGAN DARURAT RUMAH SAKIT.
#TENDAVAKSINASI #TENDAEVENT #TENDAWEDDING #TENDABAZAR #TENDARODER #TENDATRANSPARAN #POSKOPENGAMANAN #TENDAKERUCUT #TENDASARNAVIL#POSKOPENGUNGSIAN #BILIKDESINFEKTAN #TENDAPAMERAN #TENDAEXPO #FRESTIFALMUSIK #KONSERMUSIK #KONSER #JAKARTA #BANDUNG #KARAWANG #JAWATIMUR #JAWABARAT #JAWA TENGAH #SURABAYA #KALIMANTAN #PISKOPENGANAMANANCOVID #RUANGANDARURATRUMAH SAKIT
#TENDAVAKSINASI #TENDARODER #TENDATRANSPARAN #POSKOPENGAMANAN #TENDAKERUCUT #TENDASARNAVIL #TENDASERBAGUNA #TENDADRIVETHRU #TENDAVAKSIN #TENDAPEMAKAMAN #TENDA MEMBRAN #TENDA CAFE #OODFRESRIFAL #KONSERMUSIK #FRESTIFALSENI #EVENTORGENAIZER #ACARAMUSIK #KONSERSENI #BOOTHPAMERAN #STANDPAMERAN #EVENTPAMERAN #TENDAPAMERAN #TENDAEVENT #TENDAKONSER #TENDABESAR #SEWATENDA #SEWATENDAKERUCUT #SEWATENDASARNAFIL #SEWATENDARODER #SEWATENDATRANSPARAN #SEWATENDAWEDDING #SEWATENDAUPACARA #SEWATENDAFOODFRESTIVAL #TENDAMURAH #TENDATERLENGJAP #VENDORTERPERCAYA #VENDORTERMURAH #TENDAMURAH #TENDAPAMERAN #TENDAEXPO #TENDARUMAHSAKIT #TENDASERBAGUNA #TENDASEMIPERMANEN #TENDAEVENT #TENDAPAMERAN #TENDAKECIL #TENDASIRCUIT #TENDAARENABALAP #SEWATENDASIRCUIT #SEWATENDAAREABALAP #SEWATENDAUNTUKMOTORGP #SEWATENDAEVENT #TENDARODER #TENDATRANSPARAN #TENDAKERUCUT #TENDA SARNAFIL #TENDATERLARIS #TENDATERMURAH #TENDAMURAH #TENDALARIS #TEND3X3M #TENDASARNAFIL3X3M #TENDAKERUCUT3X3M #TENDASARNAFIL5X5M #TENDASARNAFIL4X4M #TENDASARNAFILMURAH #PRODUSENTENDA #PRODUSENTENDASARNAFIL #JUALRANGKATENDA
https://www.tendaroderindonesia.com/
https://shopee.co.id/pasaronlinetangerang
https://shopee.co.id/dewi.melansari
https://www.tokopedia.com/meylans
https://www.facebook.com/profile.php?id=100055894358161
https://www.instagram.com/juragantendaofficial/
https://wordpress.com/home/juragantendaofficial.wordpress.com
https://twitter.com/IndonesiaRoder